Oleh: Wahyudi Adhiutomo* (Geolog)
Beberapa
 pertanyaan terkait tanah sudah pernah dibahas di blog ini. Benar bahwa 
tanah adalah hasil pelapukan batuan. Karena hasil lapukan batuan, warna 
tanah tergantung dari mineral yang ada di batuan.
Kita
 pasti pernah lihat tanah berwarna merah, bukan? Warna merah berasal 
dari mineral besi bereaksi dengan oksigen saat pelapukan terjadi. Atau 
kalau Adik-adik pernah berjalan-jalan ke Gunung Kidul, Yogyakarta, 
Adik-adik akan melihat tanah berwarna terang (cenderung putih). Warna 
putih berasal dari batuan karbonat, batugamping, yang banyak terdapat di
 sana. Batugamping mengandung mineral kalisum dan magnesium karbonat. 
Mineral itulah pembawa warna putih untuk tanah di daerah Gunung Kidul, 
Yogyakarta.
Lalu
 sekarang bagaimana dengan warna coklat pada tanah? Berbeda dengan warna
 merah atau putih pada tanah yang disebabkan oleh mineral yang ada dalam
 batuan, warna coklat pada tanah disebabkan oleh karbon sisa-sisa 
tanaman yang pernah tumbuh sebelumnya. Loh kok karbon?
Warna
 tanah yang berbeda menunjukkan kesuburan tanah yang berbeda juga. Warna
 coklat pada tanah menunjukkan tanah tersebut subur. Tanah yang subur 
membuat tanaman tumbuh di atasnya. Tanaman mempunyai masa tumbuh 
tertentu, banyak tanaman yang kemudian mati terkumpul pada tanah 
tersebut. Sisa-sisa tanaman itulah yang menyebabkan banyak mikroba di 
tanah tersebut. Mikroba hidup dengan mengurai sisa-sisa tanaman lalu 
menyerap karbon dari sisa-sisa tanaman tadi.
Ternyata
 tidak semua karbon dari sisa-sisa tanaman tadi habis diurai oleh 
mikroba. Ini mengakibatkan karbon tersisa di dalam tanah. Proses 
tersebut terus berulang dan karbon semakin banyak terakumulasi di dalam 
tanah. Karbon punya kemampuan menyerap sebagian besar warna yang ada 
dalam spektrum Matahari, tapi ada satu warna yang tidak bisa diserap 
oleh karbon dari sisa-sisa tanaman tadi. Warna apa? Betul, warna coklat.
 Karbon tidak mampu menyerap warna coklat. Karbon hanya mampu 
memantulkannya kembali. Itulah mengapa tanah berwarna coklat.
Sumber gambar: http://www.slideshare.net/
Sumber bacaan: http://www.livescience.com/
*Wahyudi Adhiutomo adalah seorang geolog yang suka menulis. Saat ini ia bekerja sebagai estimator sumber daya batubara di sebuah konsultan pertambangan.
Sumber : anakbertanya.com 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar