Jumat, 02 Oktober 2015

Hakekat Manusia Dalam Islam

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Dalam pandangan orang beriman , manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat disisi Allah. Manusia diciptakan tuhan dalam bentuk yang amat baik. Sebagi makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikarunia akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan tugasnya.
Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan anusia kedalam kelompok binatan. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun, jika manusia tidak mempergnakan semua karunia itu dengan benar, maka derajad manusia akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari seekor binatang.
Sangat menariknya pembahasan tentang manusia inilah yang membuat penulis tertaik untuk mengulas sedikit tentang Hakekat Manusia dalam Islam.

1.2   Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang manusia dalam pandangan islam, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa konsep manusia ?
2.      Apa eksitensi dan martabat manusia ?
3.      Apa tanggung jawab manusia ?
1.3   Tujuan dan Manfaat
      Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
      Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang manusia dalam pandangan islam dan untuk membuat kita lebih memahami tentang islam.

1.4   Metode Penulisan
Penulis memakai metode studi literature dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain seperte-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari internet.

1.5   Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terdiri atas : latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan konsep manusia, eksitensi dan martabat manusia, dan tanggung jawab manusia. Terakhir , bab penutup yang terdiri dari kesimpulan.















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Manusia
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah makhluk paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, termasuk Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Alah SWT :
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/95_5.png
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."(Q.S At Tin:5).
 Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka di bumi ini.
Allah menciptakan manusia berasal dari sari patih tanah, lalu menjadi nutfah, alaqh, dan mudgah sehingga akhirnya manusia menjadi makhluk yang paling sempurna. Allah SWT telah menentukan tahapan-tahapan penciptaan manusia di Al Qur’an Q.S Al Mu’minun Ayat 12-14. Walau manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang luar biasa karena adanya karunia Allah berupa akal dan pemikiran. Itulah sebab dari adanya penundukan semua yang ada di alam ini untuk manuisa, Allah SWT berfiman yang artinya :
-          {“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanaya.”}(Q.S Al Jatsiyah:13)
-          {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q.S. Ibrahim:33)
-          {“Allah telah menundukkan bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q.S Ibrahim:32)

Dalam pencitaanya manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai kelengkapan dalm menunjang tugasnya. Unsur –unsur tersebut :
o   Jasad (Al Anbiya’:8, Shad:34)
o   Ruh (Al Hijr: 29, As Sajadah:9, Al Anbiya’:91, dll)
o   Nafsu (Al Baqarah:48, Ali Imran:185, dll)
o   Akal (Al Baqarah:76, Al Anfal:22, al Mulk:10, dll)
o   Qolb (Ali Imran:159, Al A’raf:179,dll)
            Disamping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang buruk seperti :
o   Lemah (An Nisa:28)
o   Suka berkelh kesah (Al Ma’rif:19)
o   Suka berniat zalim dan ingkar (Ibrahim:34)
o   Suka membantah (Al Kahfi:54)
o   Suka melampaui batas (Al Alaq:6)
o   Suaka terburu nafsu (al Isra’:11) dan lain sebagainya
Hal itu semua merupakan dari nafsu, sedangkan yang dapat mengendalikan nafsu adalah akal dan fikiran. Tetapi jika hanya dengan akal dan fikiran, nafsu tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyekti. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu , yaitu ilmu yang obyektif dari Allah SWT.
Dari pembahasan di atas, tersadarlah kita bahwa kita tak patut untuk menyombongkan diri karena kita ini adalah ciptaan Allah. Ciptaan yang dicipatakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, seharusnya manusia mau bersyukur, arena semua rahmat dan anugerah telah di tumpahkan Allahhanya kepada manusia sehingga tidak akan mampu menghitung jumlahnya nikmat dan anugerah-Nya.




2.2 Eksitensi dan Martabat Manusia
Eksitensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hambanya bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan, dan menjaga kehidupan manusia.
Tujuan diciptakannya manusia dalam kompleks hubungan manusia dengan ALLAH SWT adalah dengan mengimani ALLAH SWT dan memikirkan ciptaannya untuk menambah keimanan dan ketaqwaan.
Sedangkan manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal  yaitu berbuat baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia serta tidak  merusak alam.
Tujuan manusia hidup dengan manusia lain dijelaskan sebagai berikut :
1.      Tujuan umum adanya manusia di dunia
Tujuan manusia diciptakan ALLAH SWT untuk menjadikan manusia sebagai rahmat bagi alam semesta. Jadi manusia diciptakan untuk menebar dan memberikan kasih sayang kepada alam semesta,.
2.      Tujuan khusus adanya manusia di dunia.
Tujuan khusus adanya manusia adalah sukses dunia dan akhirat dengan cara melaksanakan amal saleh yang merupakan investasi pribadi manusia.
3.      Tujuan manusia dalam keluarga
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk social yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam kaitannya dengan tujuan individu dalam keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman, kebahagian dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalah supaya hidup tentram. Untuk menjadi keluarga yang tentram, ALLAH SWT memberi rasa kasih sayang dalam keluarga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.




4.      Tujuan hidup manusia dalm masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyrakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah kekerabatan dalam hidup yang melimpah kecukupan. Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan fisik seperti rumah, makanan, pakaian, bertetangga, kebutuhan rasa aman dan kebutuhan aktualitasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat mau beriman dan bertaqwa. Oleh sebab itu, apabila masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan taqwa.
Pada dasarnya manusia menjadi memiliki dua hasrat pokok
a.       Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya yaitu bermasyarakat.
b.      Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam disekelililngnya.
Istilah masyarakat dalam ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang berada di suatu wilayah dengan batasan –batasan yang tertentu, dimana factor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya.
5.      Tujuan individu dalam bernegara
Manusia sebagai makhluk social yang harus hidup bermasyarakat, lebih dari itu manusia sebagai individu di masyarakat memiliki jangkauan luas dalam kehidupan bernegara. Maka tujuan hidup manusia dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang baik dalam lingkungan negara yang baik yaitu Negara yang aman, nyaman serta makmur.
6.      Tujuan individu dalam pergaulan internasional
Manusia tidak terlapas dari kehidupan internasional/ dunia luar. Dengan zaman globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus berasaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam dunia internasional adalah menjadi individu yang saling tolong menlong dalam kebaikan dan membedakn mana yang baik dan mana yang buruk dalam era globalisasi agar tidak tersesat dalam pergaulan dunia.

2.3 Tanggung Jawab Manusia
                Manusia dianugerahi dengan kecenderungan baik kearah kebaikan maupun kejahatan.   Al Qur’an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan ALLAH  sebagai tangan ALLAH, sebagai pengganti ALLAH di muka bumi, serta sebagai makhluk yang semi samawi dan semi duniawi yang terdapat di dalam dirinya.
Sebagai makhluk ALLAH, manusia mendapat amanat yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan allah kelak atas tugas yang dipikulnya selama di muka bumi sebagai wakil ALLAH atau manusia mendapatkan tugas kepemimpinan untuk memelihara alam.
Kebanyakan manusia berupaya mencari keperluan duniawinya, misalnya memetingkan kesenangan dunia baik berupa makanan, miniman, pakaian dan lain-lain dan juga mementingkan kepentingan ukhrawi, seperti amalan yang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh ALLAH SWT. Manusia maupun manusia lainnya masing – masing mempunyai hak yang harus di penuhi oleh setiap orang seperti sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya :
“ Tidak baik orang yang meninggalkan dunia untuk kepentingan akhirat saja / meninggalkan akhirat untuk kepentingan dunia saja tetapi harus memperoleh keduanya, karena kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju akhirat oleh karena itu jangan sekali kali kamu jadi beban orang lain” (HR. Ibnu Asakir)
            Islam menghendaki dan mengajarkan bahwa semua manusia harus rajin bekerja sehingga diharapkan tercapainya kehidupan dunia dan akhirat sebagai manusia yang seimbang. Sebagaimana dalam doa sapu jagad yaitu :
2:201
“Dan diantara mereka ada yang berdo’a “ya Tuhan berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”(Qs Al Baqarah : 201)
Peran manusia sebagai wakil Allah di muka bumi yang memiliki kebebasan namun juga dibatasi ketentuan sebagai hamba Allah yang harus selalu dan senantiasa taat dan patuh kepada perintah-Nya. Maka dengan dua peranan tersebut, manusia sebagai wakil Allah dan sebagai hamba-Nya, merupakan keterpaduan dan tanggung jawab yang dapat melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan kreativitas dan amalilah yang selalu berfihak pada nilai-nilai kebenaran , sebagaimana firman Allah SWT :
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/7_172.png
Artinya : “Bukankah aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab :”Betul (Engkau Tuhan Kami), Kami menjadi saksi…..”(Qs Al A’raf:172)
Ayat tersebut dengan jelas dan tegas menjelaskan bahwa sewaktu di alam arwah dulu manusia telah membuat perjanjian dengan Allah yang harus dapat dipertanggung jawabkan ketika lahir ke alam fana’ ini, dan paling tidak dalam jiwa manusia terdapat perasaan :
·         Takut yang disebabkan menyaksikan sifat kemahagagalan dan kuasa Allah.
·         Harap yang disebabkan menyaksikan sifat kemaha penyayangan dan pengasih Allah
·         Indah yang disebabkan menyaksikan kemahaindahan Allah, dan
·         Agama (bertuhan) yang disebabkan menyaksikan sifat Allah dalam arti keseluruhan.
            Tugas hidup yang dibebankan Allah kepada manusia disamping untuk beribadah dan juga menjadi khalifah dimuka bumi, agar kepemimpinan, wakil Allah dalam mengelola, memakmurkan dan memelihara alam menjadi baik, selaras, seimbang, sebagaimana firman Allah :
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/2_30.png
Artinya :”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat : Aku hendak menjadikan khalifah dibumi. Mereka berkata, apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memujimu dan menyucikan namamu ? Dia berfirman :”Sungguh aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”(Qs. Al Baqarah :30)
Berdasarkan ayat tersebut, manusia sebagai khalifah, artinya wakil atau pengganti Allah yang memegang kekuasaan, sehingga manusia mendapatkan mandat dari Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan Allah untuk manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengelola serta mendayagunakan apa yang ada dimuka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Namun kekuasan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah, baik aturan tersebut tertulis jelas dalam Al Qur’an maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta.
Seorang yang melanggar batas ketentuan Allah adalah wakil yang menginkari kedudukan dan perannya, serta mengkhianati kepercayaan yang mewakilinya. Oleh karena itu, ia akan dimintai pertanggung jawaban terhadap penggunaan kewenangan yang dihadapan Allah, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW,
Artinya :” Kamu semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya dari kepemimpinannya….”(H.R. Bukhari-Muslim)
Manusia disamping sebagai hamba Allah yang dituntut untuk ta’at dan patuh kepada perintah ilahi, maka makna hamba Allah yang esensial adalah ketundukan, kepatuhan dan ketaatan. Manusia di bilang layak patuh dan ta’at dan tunduk manakala semua itu tercermin dalam kebenaran dan keadilan dalam bertindak sesuai kehendak Allah SWT.
Tugas adalah amanah dan jabatan adalah sesuatu yang dibebankan pada diri seseorang dan itu harus dapat dipertanggung jawabkan semuanya dihadapan qadli rabbul jalil dalam pengadilan Allah SWT. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luas atau”pintar” dan memiliki waktu yang luas sehingga dapat melihat atau “kober” unutuk mengurusi dan memiliki kenyakinan yang “benar” agar pada akhirnya semua itu dapat dipertanggung jabwabkan secara moral kepada penguasa alam, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
Artinya :”Orang mu’min yang kuat (cerdas dan pandai) lebih bagus dan akan disenangi oleh Allah daripada mu’min yang lemah dan bodoh.”(HR. Muslim)
Dengan demikian jelaskan bahwa tugas yang dibebankan Allah kepada mansia sangatlah berat, namun manusia pasti dapat memikul beban tersebut, karena Allah sekali-kali tidak akan memberikan beban yang diluar jangkauan manusia, untuk itu manusia diharap agar mempersiapkan diri sejak dini dan pada proses akhirnya manusia pasti akan menjadi pemimpin.











BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia tak patut untuk menyombongkan diri karena kita ini adalah ciptaan Allah. Ciptaan yang dicipatakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, seharusnya manusia mau bersyukur, arena semua rahmat dan anugerah telah di tumpahkan Allahhanya kepada manusia sehingga tidak akan mampu menghitung jumlahnya nikmat dan anugerah-Nya.
Eksitensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa dia yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, Allah SWT dan memikirkan ciptaan-nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam.
Tugas yang dibebankan Allah kepada mansia sangatlah berat, namun manusia pasti dapat memikul beban tersebut, karena Allah sekali-kali tidak akan memberikan beban yang diluar jangkauan manusia, untuk itu manusia diharap agar mempersiapkan diri sejak dini dan pada proses akhirnya manusia pasti akan menjadi pemimpin.








Daftar Pustaka
Rais, Rahman. Pengembangan Kepribadian dalm Pendidikan Agama Islam.2012. Semarang : UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar