BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Metabolisme
sel adalah proses-proses pengubahan biokamis yang terjadi di dalam sel dan
dapat di bedakan menjadi anabolisme atau penyusunan dan katabolisme atau
penguraian. Penyusunan pada sel-sel hewan tidak seperti yang dalam sel
tumbuhan, akan tetapi katabolismenya mempunyai kesamaan dengan sel tumbuhan
meliputi peristiwa respirasi, yaitu pembokaran zat-zat makanan menjadi energi.
Tanaman
dan binatang mengambil makanan yang terdiri atas protoplasma yang dibuat dari
bahan protein, karbohidrat, dan lemak bersama-sama vitamin-vitamin, garam-garam
dan air. Air dan garam anorganik diserap dari saluran pncernaan tanpa perubahan
tetapi material protoplasmatis harus diubah sebelum dipergunakan. Sistim
pencernaan ini merupakan suatu laboratorium.
Metabolisme
merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme
dan sel. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-tahapan
yang melibatkan enzim, yang dikenal pula sebagai jalur
metabolisme. Metabolism
total merupakan semua proses biokimia di
dalam organisme. Metabolisme
sel mencakup semua proses kimia di
dalam sel. Tanpa metabolisme, makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup.
Tiap
hari kita membutuhkan paling sedikit 5000-6000 kalori yang diperinci sebagai
berikut: 8 jam tidur membutuhkan 568 kal, 8 jam bangun membutuhkan 736 kkal, 8
jam badan aktif membutuhkan 1568 kkal (minimum). Kebanyakan hanya 15% energi
yang diambil dai makanan yang dipakai sebagai sumber energi mekanik. Kebutuhan
kalori tergantung dari umur, sex, pekerjaan, akifitasnya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
Ø
Apa sajakah jenis-jenis metabolism yang ada pada hewan?
Ø
Bagaimanakah cara kerja dari tiap metabolism untuk membantu kehidupan hewan?
1.3
Tujuan Penulisan
Penulisan
ini bertujuan untuk mengetahui apa sajakah jenis-jenis metabolism yang ada pada
hewan dan bagaimanakah cara kerja dari tiap metabolism untuk membantu kehidupan
hewan.
1.4
Manfaat Penulisan
Penulisan
ini memberikan beberapa manfaat terutama dalam aspek akademis dimana masyarakat
dapat mengetahui apa sajakah jenis-jenis metabolism yang ada pada hewan
dan bagaimanakah cara kerja dari tiap metabolism untuk membantu kehidupan
hewan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pembagian Metabolisme
2.1.1
Anabolisme
Anabolisme
adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks,
nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan. Anabolisme
memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis, energi kimia
untuk kemosintesis. Selain itu juga. anabolisme adalah proses sintesis molekul
kompleks dari senyawa-senyawa kimia yang sederhana secara bertahap. Proses ini
membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat
berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya
digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa
yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut
tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa
kompleks yang terbentuk.
Selain
dua macam energi diatas, reaksi anabolisme juga menggunakan energi dari hasil
reaksi katabolisme, yang berupa ATP. Agar asam amino dapat disusun menjadi
protein, asam amino tersebut harus diaktifkan terlebih dahulu. Energi untuk
aktivasi asam amino tersebut berasal dari ATP. Agar molekul glukosa dapat
disusun dalam pati atau selulosa, maka molekul itu juga harus diaktifkan
terlebih dahulu, dan energi yang diperlukan juga didapat dari ATP. Proses
sintesis lemak juga memerlukan ATP.
Anabolisme
meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam amino,
monosakarida, dan nukleotida. Kedua, pengaktivasian senyawa-senyawa tersebut
menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan
prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida,
lemak, dan asam nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal
dengan fotosintesis,
sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
Senyawa
kompleks yang disintesis organisme tersebut adalah senyawa organik atau senyawa
hidrokarbon. Autotrof, seperti tumbuhan, dapat membentuk molekul organik
kompleks di sel seperti polisakarida dan protein dari molekul sederhana seperti
karbon dioksida dan air. Di lain pihak, heterotrof, seperti manusia dan hewan,
tidak dapat menyusun senyawa organik sendiri. Jika organisme yang menyintesis
senyawa organik menggunakan energi cahaya disebut fotoautotrof, sementara itu
organisme yang menyintesis senyawa organik menggunakan energi kimia disebut
kemoautotrof.
Reaksi
anabolisme menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat dibutuhkan oleh banyak
organisme, baik organisme produsen (tumbuhan) maupun organisme konsumen (hewan,
manusia). Beberapa contoh hasil anabolisme adalah glikogen, lemak, dan protein
berguna sebagai bahan bakar cadangan untuk katabolisme, serta molekul protein,
protein-karbohidrat, dan protein lipid yang merupakan komponen struktural yang
esensial dari organisme, baik ekstrasel maupun intrasel.
Beberapa
macam proses anabolisme yang terjadi pada hewan diantaranya:
1.
Kemosintesis
Adalah
proses asimilasi karbon yang energinya berasal dari reaksi-reaksi kimia, dan
tidak diperlukan klorofil. Umumnya dilakukan oleh mikroorganisme, misalnya
bakteri. Organisme disebut kemoautotrof. Bakteri kemoautotrof ini akan
mengoksidasi senyawa-senyawa tertentu dan energi yang timbul digunakan untuk
asimilasi karbon.
Beberapa
macam bakteri yang tidak mempunyai klorofil dapat mengadakan asimilasi C dengan
menggunakan energi yang berasal dan reaksi-reaksi kimia, misalnya bakteri
sulfur, bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri besi dan lain-lain.
Bakteri-bakteri tersebut memperoleh energi dari hasil oksidasi senyawa-senyawa
tertentu.
Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+ (ferri). Bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi dengan cara mengoksidasi NH3, tepatnya Amonium Karbonat menjadi asam nitrit dengan reaksi:
Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+ (ferri). Bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi dengan cara mengoksidasi NH3, tepatnya Amonium Karbonat menjadi asam nitrit dengan reaksi:
Contoh,
bakteri nitrit : Nitrosomonas, Nitrosococcus
2NH3 + 3O2 2 HNO2 + 2H2
O +Energi
contoh,
Bakteri nitrat : Nitrobacter
2 HNO2 + O2 2HNO3 +
Energi
contoh,
Bakteri belerang : Thiobacillus, Bagiatoa
2S + 2H2 O + 3O2 2H2 SO4
+ 284, 4 kal.
Nitrosomonas
(NH4)2CO3 + 3 O2 ———-> 2 HNO2 + CO2 + 3 H20 + Energi
Nitrosococcus
(NH4)2CO3 + 3 O2 ———-> 2 HNO2 + CO2 + 3 H20 + Energi
Nitrosococcus
2.
Sintesis Lemak
Lemak
dapat disintesis dari karbohidrat dan protein, karena dalam metabolisme, ketiga
zat tersebut bertemu di dalarn daur Krebs. Sebagian besar pertemuannya
berlangsung melalui pintu gerbang utama siklus (daur) Krebs, yaitu Asetil
Ko-enzim A. Akibatnya ketiga macam senyawa tadi dapat saling mengisi sebagai
bahan pembentuk semua zat tersebut. Lemak dapat dibentuk dari protein dan
karbohidrat, karbohidrat dapat dibentuk dari lemak dan protein dan seterusnya.
Sintesis
Lemak dari Karbohidrat:
Glukosa
diurai menjadi piruvat —> gliserol
Glukosa
diubah —> gula fosfat —> asetilKo-A —> asam
lemak.
Gliserol+
asam lemak .—> lemak.
Sintesis
Lemak dari Protein:
Protein——–>
Asam Amino protease
Sebelum
terbentuk lemak asam amino mengalami deaminasi lebih dabulu, setelah itu
memasuki daur Krebs. Banyak jenis asam amino yang langsung ke asam piravat
—> Asetil Ko-A. Asam amino Serin, Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin dapat
terurai menjadi Asam pirovat, selanjutnya asam piruvat –> gliserol –>
fosfogliseroldehid Fosfogliseraldehid dengan asam lemak akan mengalami
esterifkasi membentuk lemak. Lemak berperan sebagai sumber tenaga (kalori)
cadangan. Nilai kalorinya lebih tinggi daripada karbohidrat. 1 gram lemak
menghasilkan 9,3 kalori, sedangkan 1 gram karbohidrat hanya menghasilkan 4,1
kalori saja.
3.
Sintesis Protein
Sintesis
protein yang berlangsung di dalam sel, melibatkan DNA, RNA dan Ribosom.
Penggabungan molekul-molekul asam amino dalam jumlah besar akan membentuk
molekul polipeptida. Pada dasarnya protein adalah suatu polipeptida. Setiap sel
dari organisme mampu untuk mensintesis protein-protein tertentu yang sesuai
dengan keperluannya. Sintesis protein dalam sel dapat terjadi karena pada inti sel
terdapat suatu zat (substansi) yang berperan penting sebagai “pengatur sintesis
protein”. Substansi-substansi tersebut adalah DNA dan RNA.
2.1.2
Katabolisme
Katabolisme
adalah serangkaian reaksi yang merupakan proses pemecahan senyawa kompleks
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan energi, yang
dapat digunakan organisme untuk melakukan aktivitasnya. Termasuk didalamnya
reaksi pemecahan dan oksidasi molekul makanan seperti reaksi yang menangkap
energi dari cahaya matahari. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan
energi dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme.
Sifat
dasar yang pasti dari reaksi katabolisme berbeda pada setiap organisme, dimana
molekul organik digunakan sebagai sumber energi pada organotrof, sementara
litotrof menggunakan substrat anorganik dan fototrof menangkap cahaya matahari
sebagai energi kimia. Tetapi, bentuk reaksi katabolisme yang berbeda-beda ini
tergantung dari reaksi redoks yang meliputi transfer elektron dari donor
tereduksi seperti molekul organik, air, amonia, hidrogen sulfida, atau ion besi
ke molekul akseptor seperti oksigen, nitrat, atau sulfat. Pada hewan reaksi
katabolisme meliputi molekul organik kompleks yang dipecah menjadi molekul yang
lebih sederhana, seperti karbon dioksida dan air. Pada organisme fotosintetik
seperti tumbuhan dan sianobakteria, reaksi transfer elektron ini tidak
menghasilkan energi, tetapi digunakan sebagai tempat menyimpan energi yang
diserap dari cahaya matahari.
Urutan
yang paling umum dari reaksi katabolik pada hewan dapat dibedakan menjadi tiga
tahapan utama. Pertama, molekul organik besar seperti protein, polisakarida,
atau lemak dicerna menjadi molekul yang lebih kecil di luar sel. Kemudian,
molekul-molekul yang lebih kecil ini diambil oleh sel-sel dan masih diubah
menjadi molekul yang lebih kecil, biasanya asetil koenzim A (Asetil KoA), yang
melepaskan energi. Akhirnya, kelompok asetil pada KoA dioksidasi menjadi air
dan karbon dioksida pada siklus asam sitrat dan rantai transpor elektron, dan
melepaskan energi yang disimpan dengan cara mereduksi koenzim Nikotinamid
Adenin Dinukleotida (NAD+) menjadi NADH.
Pada
setiap organisme, untuk menghasilkan energi tersebut dapat dibagi dalam dua
cara, yaitu sebagai berikut.
1.
Respirasi seluler atau respirasi aerob, yaitu reaksi yang menggunakan oksigen
sebagai bahan bakar organik. Secara umum keseluruhan proses pada respirasi
seluler berlangsung sebagai berikut.
>> Senyawa organik + Oksigen -> Karbon dioksida + Air + Energi
Termasuk ke dalam reaksi seluler adalah reaksi glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron, dimana diantara glikolisis dan siklus Krebs terdapat sebuah reaksi antara yang disebut dekarboksilasi oksidatif.
>> Senyawa organik + Oksigen -> Karbon dioksida + Air + Energi
Termasuk ke dalam reaksi seluler adalah reaksi glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron, dimana diantara glikolisis dan siklus Krebs terdapat sebuah reaksi antara yang disebut dekarboksilasi oksidatif.
2.
Fermentasi,
atau respirasi anaerob, yaitu proses pemecahan molekul yang berlangsung tanpa
bantuan oksigen. Termasuk ke dalam fermentasi adalah fermentasi asam laktat,
fermentasi alkohol,
dan fermentasi asam cuka.
Pada
hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan menjadi
energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan sebagai
sumber energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Aktivitas
hidup yang memerlukan energi, antara lain sebagai berikut.
1.
Kerja mekanis:
Salah
satu bentuk kerja mekanis adalah lokomosi. Kerja mekanis selalu terjadi jika
sel otot berkontraksi.
2.
Transpor Aktif:
Dalam
transpor aktif, sel-sel harus mengeluarkan energi untuk mengangkut molekul zat
atau ion yang melawan gradien konsentrasi zat.
3.
Produksi Panas
Energi
panas penting bagi tubuh burung dan hewan menyusui. Energi panas ini, umumnya
timbul sebagai hasil sampingan transformasi energi dalam sel. Misalnya, pada
proses kontraksi otot, terjadi pemecahan ATP. Disamping timbul energi mekanik,
timbul juga energi panas.
Contoh
katabolisme adalah proses pernapasan sel atau respirasi.
Respirasi
merupakan oksidasi senyawa organik secara terkendali untuk membebaskan energi
bagi pemeliharaan dan perkembangan makhluk hidup.
Berdasarkan
kebutuhan terhadap tersedianya oksigen bebas, dibedakan atas :
a.
Respirasi Aerob, yaitu respirasi yang membutuhkan
oksigen bebas, jadi oksigen merupakan senyawa penerima hidrogen terakhir.
b.
Respirasi Anaerob, yaitu respirasi yang tidak
membutuhkan oksigen bebas. Jadi sebagai penerima hidrogen terakhir bukan
oksigen tetapi senyawa-senyawa tertentu seperti asam piruvat, asetaldehid.
a.
Respirasi Aerob
Respirasi
sel secara Aerob berlangsung melalui empat tahap, yaitu :
1.
glikolisis
- Berlangsung di sitoplasma
- Berlangsung secara anaerob
- Mengubah satu molekul
glukosa (senyawa berkarbon 6) menjadi dua molekul asam piruvat(senyawa
berkarbon 3)
- Dihasilkan energi sebesar 2
ATP dan 2 NADH untuk tiap molekul glukosa.
2.
Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat.
- Berlangsung pada matriks
mitokondria.
- Mengubah Asam Piruvat
(senyawa berkarbon 3) menjadi Asetil-KoA (senyawa berkarbon 2).
- Dihasilkan 1 NADH dan CO2,
untuk tiap molekul Asam Piruvat menjadi Asetil-KoA.
3.
Daur Krebs
- Berlangsung pada metriks
motokondria
- Mengubah Asetil-KoA
(senyawa berkarbon 2) menjadi CO2 (senyawa berkarbon 1).
- Untuk tiap molekul senyawa
Asetil-KoA dihasilkan IATP, 1 FADH dan3 NADH.
4.
Rantai Pengangkutan Elektron
- NADH dan FADH merupakan senyawa
pereduksi yang menghasilkan ion hidrogen. Satu molekul NADH akan
melepaskan / menghasilkan 3 ATP, sedangkan satu molekul FADH akan
melepaskan / menghasilkan 2 ATP.
Tabel
Jumlah ATP yang dihasilkan selama respirasi sel :
Proses
|
Jenis ekseptor
|
Jumlah ATP
yang dihasilkan
|
Glikolisis
Glukosa–>
2 asam piruvat
|
2 NADH
|
2 ATP
|
Reaksi antara
2
asam piruvat–>2 asetil KoA + 2 CO2
|
2 NADH
|
|
Siklus Krebs
2
asetil KoA–> 4 CO2
|
6 NADH
2
FADH2
|
2 ATP
|
Transfer elektron
10
NADH + 5 O2 –>10 NAD + H O
2
FADH + O2 –>2 FAD + 2 H2O
|
30 ATP
4
ATP
|
Pada
proses glikolisis digunakan 2 molekul ATP sehingga hasil bersih ATP =
38-2 = 36.
b.
Respirasi Anaerob
pada
respirasi Anaerob jalur yang ditempuh meliputi :
1.
Glikolisis
2.
Pembentukan alkohol (fermentasi alkohol) atau pembentukan asam laktat
(fermentasi asam laktat).
Fermentasi
Alkohol :
Aseptornya
: Aseltadehid, hasilnya etanol, terjadi pada sel tumbuhan
Reaksi
: C6 H 12O6 2 C2 H5 OH + 2 CO2 + 2 ATP
Glukosa
Etanol
Fermentasi Laktat
Aseptornya
: Asam Piruvat, hasilnya Asam Laktat, terjadi pada sel hewan.
Reaksi
: C6 H 12O6 C3 H6 O3 + 2 ATP
Glukosa
As, Laktat
Katabolisme Lemak dan Protein
Katabolisme
lemak dimulai dengan pemecahan lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol
yang merupakan senyawa dengan 3 atom C dapat dirubah menjadi gliseral dehid
3-fosfat. Selanjutnya gliseral dehid 3-fosfat mengikuti jalur glikolisis
sehingga terbentuk piruvat. Sedangkan asam lemak dapat dipecah menjadi
molekul-molekul dengan 2 atom C. Molekul dengan 2 atom C ini kemudian diubah
menjadi asetil koenzim A. Kalian dapat menghitung satu.
Asam
amino dihasilkan dari proses hidrolisis protein. Setelah gugus amino dari asam
amino dilepas, beberapa asam amino diubah menjadi asam piruvat dan ada juga
diubah menjadi asetil koenzim A. Gugus amino yang dilepas dari asam amino dibawa
ke hati untuk diubah menjadi amoniak (NH3) dan dibuang lewat urine,
1 gram protein menghasilkan energi yang sama dengan 1 gram karbohirat.
2.2
Jalur Umum Metabolisme
2.2.1
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa
merupakan karbohidrat terpenting. Dalam bentuk glukosalah massa karbohidrat
makanan diserap ke dalam aliran darah, atau ke dalam bentuk glukosalah
karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk
karbohidrat lain dalam tubuh dapat dibentuk. Glukosa merupakan bahan bakar metabolik
utama bagi jaringan mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan bakar
universal bagi janin. Unsur ini diubah menjadi karbohidrat lain dengan fungsi
sangat spesifik, misalnya glikogen untuk simpanan, ribose dalam bentuk asam
nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam senyawa lipid kompleks tertentu
dan dalam bentuk gabungan dengan protein, yaitu glikoprotein serta
proteoglikan. Peristiwa yang dialami unsur-unsur makanan setelah dicerna dan
diserap adalah METABOLISME INTERMEDIAT. Jadi metabolisme intermediat
mencakup suatu bidang luas yang berupaya memahami bukan saja lintasan metabolik
yang dialami oleh masing-masing molekul, tetapi juga interelasi dan mekanisme
yang mengatur arus metabolit melewati lintasan tersebut.
Lintasan
metabolisme dapat digolongkan menjadi 3 kategori:
1.
Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)
Ini
merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawa pembentuk struktur
dan mesin tubuh. Salah satu contoh dari kategori ini adalah sintesis protein.
2.
Lintasan katabolik (pemecahan)
Lintasan
ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi bebas,
biasanya dalam bentuk fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen pereduksi,
seperti rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.
3.
Lintasan amfibolik (persimpangan)
Lintasan
ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada persimpangan metabolisme
sehingga bekerja sebagai penghubung antara lintasan anabolik dan lintasan
katabolik. Contoh dari lintasan ini adalah siklus asam sitrat.
Siklus
asam sitrat sebagai lintasan amfibolik dalam metabolisme (perhatikan jalur
persimpangan jalur katabolisme dan anabolisme) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Sifat
diet atau makanan menentukan pola dasar metabolisme di dalam tubuh. Mamalia,
termasuk manusia harus memproses hasil penyerapan produk-produk pencernaan
karbohidrat, lipid dan protein dari makanan. Secara berurutan, produk-produk
ini terutama adalah glukosa, asam lemak serta gliserol dan asam amino. Semua
produk hasil pencernaan diproses melalui lintasan metaboliknya masing-masing
menjadi suatu produk umum yaitu Asetil KoA, yang kemudian akan dioksidasi
secara sempurna melalui siklus asam sitrat.
Ilustrasi
skematis dari lintasan metabolik dasar
Terdapat
beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong sebagai katabolisme
maupun anabolisme, yaitu glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat,
glikogenesis, glikogenolisis serta glukoneogenesis.
Secara
ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2
piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
2.
Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap
ini dihasilkan energi berupa ATP.
3.
Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam
tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
4.
Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa
tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut
glikogen). Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi
jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh, maka
karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi
jangka panjang.
5.
Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen
dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti
dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.
6.
Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka
sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur
ini dinamakan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid
dan protein harus diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami
katabolisme untuk memperoleh energi.
Beberapa
jalur metabolisme karbohidrat
Glikolisis
Glikolisis
berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses
pemecahan glukosa menjadi:
1.
asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
2.
asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)
Glikolisis
merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan
selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus
Kreb’s). Selain itu glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa
dan galaktosa.
Keseluruhan
persamaan reaksi untuk glikolisis yang menghasilkan laktat adalah:
Glukosa
+ 2ADP +2Pi à 2L(+)-Laktat +2ATP +2H2O
Secara
rinci, tahap-tahap dalam lintasan glikolisis adalah sebagai berikut (pada
setiap tahap, lihat dan hubungkan dengan Gambar Lintasan detail metabolisme
karbohidrat):
1.
Glukosa masuk lintasan glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa-6
fosfat dengan dikatalisir oleh enzim heksokinase atau glukokinase
pada sel parenkim hati dan sel Pulau Langerhans pancreas. Proses ini memerlukan
ATP sebagai donor fosfat. ATP bereaksi sebagai kompleks Mg-ATP. Terminal
fosfat berenergi tinggi pada ATP digunakan, sehingga hasilnya adalah ADP.
(-1P)
Reaksi
ini disertai kehilangan energi bebas dalam jumlah besar berupa kalor, sehingga
dalam kondisi fisiologis dianggap irrevesibel. Heksokinase dihambat secara
alosterik oleh produk reaksi glukosa 6-fosfat.
Mg2+
Glukosa
+ ATP à glukosa 6-fosfat + ADP
2.
Glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6-fosfat dengan bantuan
enzim fosfoheksosa isomerase dalam suatu reaksi isomerasi aldosa-ketosa.
Enzim ini hanya bekerja pada anomer µ-glukosa 6-fosfat.
µ-D-glukosa
6-fosfat « µ-D-fruktosa 6-fosfat
3.
Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 1,6-bifosfat dengan
bantuan enzim fosfofruktokinase. Fosfofruktokinase merupakan enzim yang
bersifat alosterik sekaligus bisa diinduksi, sehingga berperan penting dalam
laju glikolisis. Dalam kondisi fisiologis tahap ini bisa dianggap irreversible.
Reaksi ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat, sehingga hasilnya adalah
ADP.(-1P)
µ-D-fruktosa
6-fosfat + ATP « D-fruktosa 1,6-bifosfat
4.
Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah menjadi 2 senyawa triosa fosfat yaitu gliserahdehid
3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh
enzim aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldolase).
D-fruktosa
1,6-bifosfat« D-gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat
5.
Gliseraldehid 3-fosfat dapat berubah menjadi dihidroksi aseton fosfat
dan sebaliknya (reaksi interkonversi). Reaksi bolak-balik ini mendapatkan
katalisator enzim fosfotriosa isomerase.
D-gliseraldehid
3-fosfat « dihidroksiaseton fosfat
6.
Glikolisis berlangsung melalui oksidasi Gliseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3-bifosfogliserat,
dan karena aktivitas enzim fosfotriosa isomerase, senyawa dihidroksi aseton
fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat melewati gliseraldehid
3-fosfat.
D-gliseraldehid
3-fosfat + NAD+ + Pi« 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+
Enzim
yang bertanggung jawab terhadap oksidasi di atas adalah gliseraldehid
3-fosfat dehidrogenase, suatu enzim yang bergantung kepada NAD.
Atom-atom
hydrogen yang dikeluarkan dari proses oksidasi ini dipindahkan kepada NAD+
yang terikat pada enzim. Pada rantai respirasi mitokondria akan dihasilkan tiga
fosfat berenergi tinggi. (+3P)
Catatan:
Karena
fruktosa 1,6-bifosfat yang memiliki 6 atom C dipecah menjadi Gliseraldehid
3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat yang masing-masing memiliki 3 atom
C, dengan demikian terbentuk 2 molekul gula yang masing-masing beratom C
tiga (triosa). Jika molekul dihidroksiaseton fosfat juga berubah menjadi
1,3-bifosfogliserat, maka dari 1 molekul glukosa pada bagian awal, sampai dengan
tahap ini akan menghasilkan 2 x 3P = 6P. (+6P)
7.
Energi yang dihasilkan dalam proses oksidasi disimpan melalui pembentukan
ikatan sulfur berenergi tinggi, setelah fosforolisis, sebuah gugus fosfat
berenergi tinggi dalam posisi 1 senyawa 1,3 bifosfogliserat. Fosfat
berenergi tinggi ini ditangkap menjadi ATP dalam reaksi lebih
lanjut dengan ADP, yang dikatalisir oleh enzim fosfogliserat
kinase. Senyawa sisa yang dihasilkan adalah 3-fosfogliserat.
1,3-bifosfogliserat
+ ADP « 3-fosfogliserat + ATP
Catatan:
Karena
ada dua molekul 1,3-bifosfogliserat, maka energi yang dihasilkan adalah 2 x 1P
= 2P. (+2P)
8.
3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan dikatalisir
oleh enzim fosfogliserat mutase. Senyawa 2,3-bifosfogliserat (difosfogliserat,
DPG) merupakan intermediate dalam reaksi ini.
3-fosfogliserat
« 2-fosfogliserat
9.
2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan
bantuan enzim enolase. Reaksi ini melibatkan dehidrasi serta
pendistribusian kembali energi di dalam molekul, menaikkan valensi fosfat dari
posisi 2 ke status berenergi tinggi.
Enolase
dihambat oleh fluoride, suatu
unsure yang dapat digunakan jika glikolisis di dalam darah perlu dicegah
sebelum kadar glukosa darah diperiksa. Enzim ini bergantung pada keberadaan Mg2+
atau Mn2+.
2-fosfogliserat
« fosfoenol piruvat + H2O
10.
Fosfat berenergi tinggi PEP dipindahkan pada ADP oleh enzim piruvat
kinase sehingga menghasilkan ATP. Enol piruvat yang terbentuk dalam
reaksi ini mengalami konversi spontan menjadi keto piruvat. Reaksi ini disertai
kehilangan energi bebas dalam jumlah besar sebagai panas dan secara fisiologis
adalah irreversible.
Fosfoenol
piruvat + ADP à piruvat + ATP
Catatan:
Karena
ada 2 molekul PEP maka terbentuk 2 molekul enol piruvat sehingga total hasil
energi pada tahap ini adalah 2 x 1P = 2P. (+2P)
11.
Jika keadaan bersifat anaerob
(tak tersedia oksigen), reoksidasi NADH melalui pemindahan sejumlah
unsure ekuivalen pereduksi akan dicegah. Piruvat akan direduksi oleh NADH
menjadi laktat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim laktat
dehidrogenase.
Piruvat
+ NADH + H+ à L(+)-Laktat + NAD+
Dalam
keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria, dan setelah
konversi menjadi asetil-KoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui
siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Ekuivalen pereduksi dari
reaksi NADH + H+ yang terbentuk dalam glikolisis akan diambil oleh
mitokondria untuk oksidasi melalui salah satu dari reaksi ulang alik (shuttle).
Kesimpulan:
Pada
glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
-
hasil tingkat substrat :+
4P
-
hasil oksidasi respirasi :+
6P
-
jumlah :+10P
-
dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : –12P
+ 8P
Pada
glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
-
hasil tingkat substrat :+
4P
-
hasil oksidasi respirasi :+
0P
-
jumlah :+
4P
-
dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : – 2P
+ 2P
Oksidasi
piruvat
Dalam
jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA,
yang terjadi di dalam mitokondria sel. Reaksi ini dikatalisir oleh berbagai
enzim yang berbeda yang bekerja secara berurutan di dalam suatu kompleks
multienzim yang berkaitan dengan membran interna mitokondria. Secara kolektif,
enzim tersebut diberi nama kompleks piruvat dehidrogenase dan analog dengan
kompleks µ-keto glutarat dehidrogenase pada siklus asam sitrat.
Jalur
ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus Kreb’s. Jalur
ini juga merupakan konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan sebaliknya
dari senyawa non karbohidrat menjadi karbohidrat.
Rangkaian
reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat adalah sebagai
berikut:
1.
Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi
menjadi derivate hidroksietil tiamin difosfat terikat enzim oleh
komponen kompleks enzim piruvat dehidrogenase. Produk sisa yang dihasilkan
adalah CO2.
2.
Hidroksietil tiamin difosfat akan bertemu dengan lipoamid teroksidasi,
suatu kelompok prostetik dihidroksilipoil transasetilase untuk membentuk asetil
lipoamid, selanjutnya TDP lepas.
3.
Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil lipoamid akan diubah
menjadi asetil KoA, dengan hasil sampingan berupa lipoamid tereduksi.
4.
Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh
flavoprotein, yang mengandung FAD, pada kehadiran dihidrolipoil
dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini dioksidasi oleh NAD+,
yang akhirnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai respirasi.
Piruvat
+ NAD+ + KoA à Asetil KoA + NADH + H+ + CO2
Siklus
asam sitrat
Siklus
ini juga sering disebut sebagai siklus Kreb’s dan siklus asam trikarboksilat
dan berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur
bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein.
Siklus
asam sitrat merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan katabolisme asetil KoA,
dengan membebaskan sejumlah ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi menyebabkan
pelepasan dan penangkapan sebagaian besar energi yang tersedia dari bahan baker
jaringan, dalam bentuk ATP. Residu asetil ini berada dalam bentuk asetil-KoA
(CH3-CO~KoA, asetat aktif), suatu ester koenzim A. Ko-A mengandung
vitamin asam pantotenat.
Fungsi
utama siklus asam sitrat adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi
karbohidrat, lipid dan protein. Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan
banyak asam amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau intermediat yang ada
dalam siklus tersebut.
Siklus
asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
(dipetik
dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Selama
proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen pereduksi
dalam bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim dehidrogenase
spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki rantai respirasi
tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam proses fosforilasi oksidatif. Pada
keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi
hambatan total pada siklus tersebut.
Enzim-enzim
siklus asam sitrat terletak di dalam matriks mitokondria, baik dalam
bentuk bebas ataupun melekat pada permukaan dalam membran interna mitokondria
sehingga memfasilitasi pemindahan unsur ekuivalen pereduksi ke enzim terdekat
pada rantai respirasi, yang bertempat di dalam membran interna mitokondria.
Lintasan
detail Siklus Kreb’s (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Reaksi-reaksi
pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:
1.
Kondensasi awal asetil KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat,
dikatalisir oleh enzim sitrat sintase menyebabkan sintesis ikatan karbon
ke karbon di antara atom karbon metil pada asetil KoA dengan atom karbon
karbonil pada oksaloasetat. Reaksi kondensasi, yang membentuk sitril KoA,
diikuti oleh hidrolisis ikatan tioester KoA yang disertai dengan hilangnya
energi bebas dalam bentuk panas dalam jumlah besar, memastikan reaksi tersebut
selesai dengan sempurna.
Asetil
KoA + Oksaloasetat + H2O à Sitrat + KoA
2.
Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh
enzim akonitase (akonitat hidratase) yang mengandung besi Fe2+
dalam bentuk protein besi-sulfur (Fe:S). Konversi ini berlangsung dalam 2
tahap, yaitu: dehidrasi menjadi sis-akonitat, yang sebagian di antaranya
terikat pada enzim dan rehidrasi menjadi isositrat.
Reaksi
tersebut dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluoroasetil KoA
mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat. Senyawa
terakhir ini menghambat akonitase sehingga menimbulkan penumpukan sitrat.
3.
Isositrat mengalami dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat dengan
adanya enzim isositrat dehidrogenase. Di antara enzim ini ada yang
spesifik NAD+, hanya ditemukan di dalam mitokondria. Dua enzim
lainnya bersifat spesifik NADP+ dan masing-masing secara berurutan
dijumpai di dalam mitokondria serta sitosol. Oksidasi terkait rantai
respirasi terhadap isositrat berlangsung hampir sempurna melalui enzim yang
bergantung NAD+.
Isositrat
+ NAD+ « Oksalosuksinat « µ-ketoglutarat + CO2 + NADH + H+
(terikat
enzim)
Kemudian
terjadi dekarboksilasi menjadi µ-ketoglutarat yang juga dikatalisir oleh
enzim isositrat dehidrogenase. Mn2+ atau Mg2+
merupakan komponen penting reaksi dekarboksilasi. Oksalosuksinat tampaknya akan
tetap terikat pada enzim sebagai intermediate dalam keseluruhan reaksi.
4.
Selanjutnya µ-ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif melalui
cara yang sama dengan dekarboksilasi oksidatif piruvat, dengan kedua substrat
berupa asam µ-keto.
µ-ketoglutarat
+ NAD+ + KoA à Suksinil KoA + CO2 + NADH + H+
Reaksi
tersebut yang dikatalisir oleh kompleks µ-ketoglutarat dehidrogenase,
juga memerlukan kofaktor yang idenstik dengan kompleks piruvat dehidrogenase,
contohnya TDP, lipoat, NAD+, FAD serta KoA, dan menghasilkan
pembentukan suksinil KoA (tioester berenergi tinggi). Arsenit menghambat
reaksi di atas sehingga menyebabkan penumpukan µ-ketoglutarat.
5.
Tahap selanjutnya terjadi perubahan suksinil KoA menjadi suksinat dengan
adanya peran enzim suksinat tiokinase (suksinil KoA sintetase).
Suksinil
KoA + Pi + ADP « Suksinat + ATP + KoA
Dalam
siklus asam sitrat, reaksi ini adalah satu-satunya contoh pembentukan fosfat
berenergi tinggi pada tingkatan substrat dan terjadi karena pelepasan energi
bebas dari dekarboksilasi oksidatif µ-ketoglutarat cukup memadai untuk
menghasilkan ikatan berenergi tinggi disamping pembentukan NADH (setara dengan
3~P.
6.
Suksinat dimetabolisir lebih lanjut melalui reaksi dehidrogenasi yang
diikuti oleh penambahan air dan kemudian oleh dehidrogenasi lebih lanjut yang
menghasilkan kembali oksaloasetat.
Suksinat
+ FAD « Fumarat + FADH2
Reaksi
dehidrogenasi pertama dikatalisir oleh enzim suksinat dehidrogenase yang
terikat pada permukaan dalam membrane interna mitokondria, berbeda dengan
enzim-enzim lain yang ditemukan pada matriks. Reaksi ini adalah satu-satunya
reaksi dehidrogenasi dalam siklus asam sitrat yang melibatkan pemindahan langsung
atom hydrogen dari substrat kepada flavoprotein tanpa peran NAD+.
Enzim ini mengandung FAD dan protein besi-sulfur (Fe:S). Fumarat terbentuk
sebagai hasil dehidrogenasi. Fumarase (fumarat hidratase) mengkatalisir
penambahan air pada fumarat untuk menghasilkan malat.
Fumarat
+ H2O « L-malat
Enzim
fumarase juga mengkatalisir penambahan unsure-unsur air kepada ikatan rangkap
fumarat dalam konfigurasi trans.
Malat
dikonversikan menjadi oksaloasetat
dengan katalisator berupa enzim malat dehidrogenase, suatu reaksi
yang memerlukan NAD+.
L-Malat
+ NAD+ « oksaloasetat + NADH + H+
Enzim-enzim
dalam siklus asam sitrat, kecuali alfa ketoglutarat dan suksinat dehidrogenase
juga ditemukan di luar mitokondria. Meskipun dapat mengkatalisir reaksi serupa,
sebagian enzim tersebut, misalnya malat dehidrogenase pada kenyataannya mungkin
bukan merupakan protein yang sama seperti enzim mitokondria yang
mempunyai nama sama (dengan kata lain enzim tersebut merupakan isoenzim).
Energi
yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat
Pada
proses oksidasi yang dikatalisir enzim dehidrogenase, 3 molekul NADH dan 1 FADH2
akan dihasilkan untuk setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisir dalam siklus
asam sitrat. Dalam hal ini sejumlah ekuivalen pereduksi akan dipindahkan ke
rantai respirasi dalam membrane interna mitokondria (lihat kembali gambar
tentang siklus ini).
Selama
melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3
ikatan fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi ATP dalam
proses fosforilasi oksidatif. Namun demikian FADH2 hanya
menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi
selanjutnya akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat
substrat) pada saat suksinil KoA diubah menjadi suksinat.
Dengan
demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
1.
Tiga molekul NADH, menghasilkan
: 3 X
3P
= 9P
2.
Satu molekul FADH2,
menghasilkan
: 1 x
2P
= 2P
3.
Pada tingkat
substrat
= 1P
Jumlah
= 12P
Satu
siklus Kreb’s akan menghasilkan energi 3P + 3P + 1P + 2P + 3P
= 12P.
Kalau
kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan dapat
kita hitung bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan
energi dengan rincian sebagai berikut:
1.
Glikolisis
: 8P
2.
Oksidasi piruvat (2 x
3P)
: 6P
3.
Siklus Kreb’s (2 x
12P)
: 24P
Jumlah
: 38P
Glikogenesis
Tahap
pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi
piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA
masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.
Proses
di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya
berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa
melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam
bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.
Glikogen
merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog
dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai
6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih
besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa
mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak. Seperti amilum, glikogen
merupakan polimer µ-D-Glukosa yang bercabang.
Glikogen
otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses
glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat
berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan
kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara waktu makan. Setelah 12-18
jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen
otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan olahraga yang
berat dan lama.
Rangkaian
proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1.
Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi
yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir
oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukok inase.
2.
Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi
dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri
akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam
reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.
Enz-P
+ Glukosa 6-fosfat «Enz + Glukosa 1,6-bifosfat « Enz-P + Glukosa 1-fosfat
3.
Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk
membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh
enzim UDPGlc pirofosforilase.
UTP
+ Glukosa 1-fosfat « UDPGlc + PPi
Uridin
difosfat glukosa (UDPGlc) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
4.
Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik
akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi
5.
Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk
ikatan glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal
glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir
oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya
(disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen
primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai
glikogenin.
UDPGlc
+ (C6)n à UDP + (C6)n+1
Glikogen
Glikogen
Residu
glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1à4 untuk membentuk rantai pendek
yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap
melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul
glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
6.
Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa
tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk
cabang memindahkan bagian dari rantai 1à4 (panjang minimal 6 residu
glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1à6
sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini
akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1àglukosil dan pembentukan cabang
selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah
total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat
glikogenesis maupun glikogenolisis.
Tahap-tahap
perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan pada bagan berikut :
Biosintesis
glikogen (dipetik dari:
Murray dkk. Biokimia Harper)
Tampak
bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen
sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari
glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang. Enzim
yang berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching
enzyme).
Glikogenolisis
Jika
glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah
untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan
glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan
tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu
demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik
untuk proses fosforolisis rangkaian 1à4 glikogen untuk menghasilkan glukosa
1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen
dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang
tersisa pada tiap sisi cabang 1à6.
(C6)n
+ Pi à (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
Glikogen
Glikogen
Glukan transferase
dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu
cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 1à6 terpajan. Hidrolisis
ikatan 1à6 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching
enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim
fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.
Tahap-tahap
glikogenolisis (dipetik dari:
Murray dkk. Biokimia Harper)
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis
terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh
adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia,
barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok
sebagai pembangun tubuh.
Jadi
bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa
dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein.
Secara
ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam
lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam
siklus Kreb’s. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
2.
Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Kreb’s.
Ringkasan
jalur glukoneogenesis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Lintasan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein. Perhatikan jalur glukoneogenesis
yaitu masuknya lipid dan asam amino ke dalam lintasan (dipetik dari: Murray
dkk. Biokimia Harper)
Glukoneogenesis
dari bahan protein. Dalam hal ini protein telah dipecah menjadi berbagai macam
asam amino (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
2.1.2
Metabolisme Asam Amino
Kira-kira
75% asam amino digunakan untuk sintesis protein. Asam-asam amino dapat
diperoleh dari protein yang kita makan atau dari hasil degradasi protein di
dalam tubuh kita. Degradasi ini merupakan proses kontinu. Karena protein di
dalam tubuh secara terus menerus diganti (protein turnover). Contoh dari
protein turnover, tercantum pada tabel berikut.
Contoh
protein turnover.
Protein
|
Turnover
rate (waktu paruh)
|
Enzim
Di
dalam hati
Di
dalam plasma
Hemoglobin
Otot
Kolagen
|
7-10 menit
10
hari
10
hari
120
hari
180
hari
1000
hari
|
Asam-asam
amino juga menyediakan kebutuhan nitrogen untuk:
-
Struktur basa nitrogen DNA dan RNA
-
Heme dan struktur lain yang serupa seperti mioglobin, hemoglobin, sitokrom,
enzim dll.
-
Asetilkolin dan neurotransmitter lainnya.
-
Hormon dan fosfolipid
Selain
menyediakan kebutuhan nitrogen, asam-asam amino dapat juga digunakan sebagai
sumber energi jika nitrogen dilepas.
Jalur
metabolik utama dari asam amino
Jalur
metabolik utama dari asam-asam amino terdiri atas pertama, produksi asam amino
dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino
di hati. Kedua, pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan ketiga adalah
katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea
sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino. Keempat adalah
sintesis protein dari asam-asam amino.
Jalur-jalur
metabolik utama asam amino
Katabolisme
asam amino
Asam-asam
amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan atau
terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan
menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan
lipid, asam amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian
dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh.
Ada
2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:
1.
Transaminasi
Enzim
aminotransferase memindahkan amin kepada α-ketoglutarat menghasilkan glutamat
atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat
2.
Deaminasi oksidatif
Pelepasan
amin dari glutamat menghasilkan ion amonium
Contoh
reaksi transaminasi. Perhatikan alanin mengalami transaminasi menjadi glutamat.
Pada reaksi ini dibutuhkan enzim alanin aminotransferase.
Glutamat
juga dapat memindahkan amin ke rantai karbon lainnya, menghasilkan asam amino
baru.
Contoh
reaksi deaminasi oksidatif. Perhatikan glutamat mengalami deaminasi
menghasilkan amonium (NH4+). Selanjutnya ion amonium
masuk ke dalam siklus urea.
Ringkasan
skematik mengenai reaksi transaminasi dan deaminasi oksidatif
Setelah
mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat memasuki siklus asam
sitrat melalui jalur yang beraneka ragam.
Tempat-tempat
masuknya asam amino ke dalam sikulus asam sitrat untuk produksi energi
Gugus-gugus
amin dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang
selanjutnya masuk ke dalam siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan
urea yang selanjutnya dibuang melalui ginjal berupa urin. Proses yang terjadi
di dalam siklus urea digambarkan terdiri atas beberapa tahap yaitu:
1.
Dengan peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium bereaksi dengan CO2
menghasilkan karbamoil fosfat. Dalam raksi ini diperlukan energi dari ATP
2.
Dengan peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat bereaksi dengan
L-ornitin menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan
3.
Dengan peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan
L-aspartat menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari
ATP
4.
Dengan peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi
fumarat dan L-arginin
5.
Dengan peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-arginin akan
menghasilkan L-ornitin dan urea.
Tahapan-tahapan
proses yang terjadi di dalam siklus urea
Sintesis
asam amino
Semua
jaringan memiliki kemampuan untuk men-sintesis asam amino non esensial,
melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon non asam amino
menjadi asam amino dan turunan lain yang mengandung nitrogen. Tetapi, hati
merupakan tempat utama metabolisme nitrogen. Dalam kondisi surplus diet,
nitrogen toksik potensial dari asam amino dikeluarkan melalui transaminasi,
deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon umumnya diubah menjadi
karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis, atau menjadi asam lemak melalui
jalur sintesis asam lemak. Berkaitan dengan hal ini, asam amino dikelompokkan
menjadi 3 kategori yaitu asam amino glukogenik, ketogenik serta glukogenik dan
ketogenik.
Asam
amino glukogenik adalah asam-asam amino yang dapat masuk ke jalur produksi
piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti α-ketoglutarat atau
oksaloasetat. Semua asam amino ini merupakan prekursor untuk glukosa melalui
jalur glukoneogenesis. Semua asam amino kecuali lisin dan leusin mengandung
sifat glukogenik. Lisin dan leusin adalah asam amino yang semata-mata
ketogenik, yang hanya dapat masuk ke intermediat asetil KoA atau asetoasetil
KoA
Sekelompok
kecil asam amino yaitu isoleusin, fenilalanin, threonin, triptofan, dan tirosin
bersifat glukogenik dan ketogenik. Akhirnya, seharusnya kita kenal bahwa ada 3
kemungkinan penggunaan asam amino. Selama keadaan kelaparan pengurangan rangka
karbon digunakan untuk menghasilkan energi, dengan proses oksidasi menjadi CO2
dan H2O.
Dari
20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita sehingga
harus ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini dinamakan asam amino
esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat disintesis dari asam amino lain.
Asam amino ini dinamakan asam amino non-esensial.
Asam amino
non-esensial
|
Alanine, Asparagine, Aspartate,
Cysteine, Glutamate, Glutamine, Glycine, Proline, Serine, Tyrosine
|
Asam amino
esensial
|
Arginine*, Histidine, Isoleucine,
Leucine, Lysine, Methionine*, Phenylalanine*, Threonine, Tyrptophan, Valine
|
Biosintesis
glutamat dan aspartat
Glutamat
dan aspartat disintesis dari asam α-keto dengan reaksi tranaminasi sederhana.
Katalisator reaksi ini adalah enzim glutamat dehidrogenase dan selanjutnya oleh
aspartat aminotransferase, AST.
Reaksi
biosintesis glutamat
Aspartat
juga diturunkan dari asparagin dengan bantuan asparaginase. Peran penting
glutamat adalah sebagai donor amino intraseluler utama untuk reaksi
transaminasi. Sedangkan aspartat adalah sebagai prekursor ornitin untuk siklus
urea.
Biosintesis
alanin
Alanin
dipindahkan ke sirkulasi oleh berbagai jaringan, tetapi umumnya oleh otot.
Alanin dibentuk dari piruvat. Hati mengakumulasi alanin plasma, kebalikan
transaminasi yang terjadi di otot dan secara proporsional meningkatkan produksi
urea. Alanin dipindahkan dari otot ke hati bersamaan dengan transportasi
glukosa dari hati kembali ke otot. Proses ini dinamakan siklus glukosa-alanin.
Fitur kunci dari siklus ini adalah bahwa dalam 1 molekul, alanin, jaringan
perifer mengekspor piruvat dan amonia ke hati, di mana rangka karbon didaur
ulang dan mayoritas nitrogen dieliminir.
Ada
2 jalur utama untuk memproduksi alanin otot yaitu:
1.
Secara langsung melalui degradasi protein
2.
Melalui transaminasi piruvat dengan bantuan enzim alanin transaminase, ALT
(juga dikenal sebagai serum glutamat-piruvat transaminase, SGPT).
Glutamat
+ piruvat ßàα-ketoglutarat + alanin
Siklus
glukosa-alanin
Biosintesis
sistein
Sulfur
untuk sintesis sistein berasal dari metionin. Kondensasi dari ATP dan metionin
dikatalisis oleh enzim metionin adenosiltransfrease menghasilkan
S-adenosilmetionin (SAM).
Biosintesis
S-adenosilmetionin (SAM)
SAM
merupakan precursor untuk sejumlah reaksi transfer metil (misalnya konversi
norepinefrin menjadi epinefrin). Akibat dari tranfer metil adalah perubahan SAM
menjadi S-adenosilhomosistein. S-adenosilhomosistein selanjutnya berubah
menjadi homosistein dan adenosin dengan bantuan enzim adenosilhomosisteinase.
Homosistein dapat diubah kembali menjadi metionin oleh metionin sintase.
Reaksi
transmetilasi melibatkan SAM sangatlah penting, tetapi dalam kasus ini peran
S-adenosilmetionin dalam transmetilasi adalah sekunder untuk produksi
homosistein (secara esensial oleh produk dari aktivitas transmetilase). Dalam
produksi SAM, semua fosfat dari ATP hilang: 1 sebagai Pi dan 2 sebagai Ppi.
Adenosin diubah menjadi metionin bukan AMP.
Dalam
sintesis sistein, homosistein berkondensasi dengan serin menghasilkan
sistationin dengan bantuan enzim sistationase. Selanjutnya dengan bantuan
enzim sistationin liase sistationin diubah menjadi sistein dan
α-ketobutirat. Gabungan dari 2 reaksi terakhir ini dikenal sebagai
trans-sulfurasi.
Peran
metionin dalam sintesis sistein
Biosintesis
tirosin
Tirosin
diproduksi di dalam sel dengan hidroksilasi fenilalanin. Setengah dari
fenilalanin dibutuhkan untuk memproduksi tirosin. Jika diet kita kaya tirosin,
hal ini akan mengurangi kebutuhan fenilalanin sampai dengan 50%.
Fenilalanin
hidroksilase adalah campuran fungsi oksigenase: 1 atom oksigen digabungkan ke
air dan lainnya ke gugus hidroksil dari tirosin. Reduktan yang dihasilkan
adalah tetrahidrofolat kofaktor tetrahidrobiopterin, yang dipertahankan dalam
status tereduksi oleh NADH-dependent enzyme dihydropteridine reductase (DHPR).
Biosintesis
tirosin dari fenilalanin
Biosintesis
ornitin dan prolin
Glutamat
adalah prekursor ornitin dan prolin. Dengan glutamat semialdehid menjadi
intermediat titik cabang menjadi satu dari 2 produk atau lainnya. Ornitin bukan
salah satu dari 20 asam amino yang digunakan untuk sintesis protein. Ornitin
memainkan peran signifikan sebagai akseptor karbamoil fosfat dalam siklus urea.
Ornitin memiliki peran penting tambahan sebagai prekursor untuk sintesis
poliamin. Produksi ornitin dari glutamat penting ketika diet arginin sebagai
sumber lain untuk ornitin terbatas.
Penggunaan
glutamat semialdehid tergantung kepada kondisi seluler. Produksi ornitin dari
semialdehid melalui reaksi glutamat-dependen transaminasi. ketika konsentrasi
arginin meningkat, ornitin didapatkan dari siklus urea ditambah dari glutamat
semialdehid yang menghambat reaksi aminotransferase. Hasilnya adalah akumulasi
semialdehid. Semialdehid didaur secara spontan menjadi Δ1pyrroline-5-carboxylate
yang kemudian direduksi menjadi prolin oleh NADPH-dependent reductase.
Biosintesis
serin
Jalur
utama untuk serin dimulai dari intermediat glikolitik 3-fosfogliserat.
NADH-linked dehidrogenase mengubah 3-fosfogliserat menjadi sebuah asam keto
yaitu 3-fosfopiruvat, sesuai untuk transaminasi subsekuen. Aktivitas
aminotransferase dengan glutamat sebagai donor menghasilkan 3-fosfoserin,
yang diubah menjadi serin oleh fosfoserin fosfatase.
Biosintesis
glisin
Jalur
utama untuk glisin adalah 1 tahap reaksi yang dikatalisis oleh serin hidroksimetiltransferase.
Reaksi ini melibatkan transfer gugus hidroksimetil dari serin untuk kofaktor
tetrahidrofolat (THF), menghasilkan glisin dan N5, N10-metilen-THF.
Biosintesis
aspartat, asparagin, glutamat dan glutamin
Glutamat
disintesis dengan aminasi reduktif α-ketoglutarat yang dikatalisis oleh
glutamat dehidrogenase yang merupakan reaksi nitrogen-fixing. Glutamat juga
dihasilkan oleh reaksi aminotranferase, yang dalam hal ini nitrogen amino
diberikan oleh sejumlah asam amino lain. Sehingga, glutamat merupakan kolektor
umum nitrogen amino.
Aspartat
dibentuk dalam reaksi transaminasi yang dikatalisis oleh aspartat transaminase,
AST. Reaksi ini menggunakan analog asam α-keto aspartat, oksaloasetat, dan
glutamat sebagai donor amino. Aspartat juga dapat dibentuk dengan deaminasi
asparagin yang dikatalisis oleh asparaginase.
Asparagin
sintetase dan glutamin sintetase mengkatalisis produksi asparagin dan glutamin
dari asam α-amino yang sesuai. Glutamin dihasilkan dari glutamat dengan
inkorporasi langsung amonia dan ini merupakan reaksi fixing nitrogen lain.
Tetapi asparagin terbentuk oleh reaksi amidotransferase.
BAB
III
KESIMPULAN
1.
Metabolisme sel adalah proses-proses pengubahan biokamis yang terjadi di dalam
sel dan dapat di bedakan menjadi anabolisme atau penyusunan dan katabolisme
atau penguraian. Penyusunan pada sel-sel hewan tidak seperti yang dalam sel
tumbuhan, akan tetapi katabolismenya mempunyai kesamaan dengan sel tumbuhan
meliputi peristiwa respirasi, yaitu pembokaran zat-zat makanan menjadi energi.
A.
Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi
senyawa kompleks. Beberapa macam proses anabolisme yang terjadi pada
hewan diantaranya:
a)
Kemosintesis adalah proses asimilasi karbon yang energinya berasal dari
reaksi-reaksi kimia, dan tidak diperlukan klorofil. Umumnya dilakukan oleh
mikroorganisme, misalnya bakteri. Organisme disebut kemoautotrof.
Bakteri kemoautotrof ini akan mengoksidasi senyawa-senyawa tertentu dan energi
yang timbul digunakan untuk asimilasi karbon.
b)
Sintesis Lemak. Lemak dapat disintesis dari karbohidrat dan protein, karena
dalam metabolisme, ketiga zat tersebut bertemu di dalarn daur Krebs.
c)
Sintesis Protein. Sintesis protein yang berlangsung di dalam sel, melibatkan
DNA, RNA dan Ribosom. Penggabungan molekul-molekul asam amino dalam jumlah
besar akan membentuk molekul polipeptida.
B.
Katabolisme adalah serangkaian reaksi yang merupakan proses pemecahan senyawa
kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan
energi, yang dapat digunakan organisme untuk melakukan aktivitasnya.
2.
Jalur Umum Metabolisme
a)
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa
merupakan karbohidrat terpenting. Dalam bentuk glukosalah massa karbohidrat
makanan diserap ke dalam aliran darah, atau ke dalam bentuk glukosalah
karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk
karbohidrat lain dalam tubuh dapat dibentuk. Glukosa merupakan bahan bakar
metabolik utama bagi jaringan mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan
bakar universal bagi janin.
b)
Metabolisme Asam Amino
Kira-kira
75% asam amino digunakan untuk sintesis protein. Asam-asam amino dapat
diperoleh dari protein yang kita makan atau dari hasil degradasi protein di
dalam tubuh kita. Degradasi ini merupakan proses kontinu. Karena protein di
dalam tubuh secara terus menerus diganti (protein turnover)
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous.
2009.Health Vitamin-Vitamin. http://blog.its.ac.id/dyah03tc. Diakses tanggal 10 Maret 2009.
Anonymous.2009.
Peran Adiponektin dalam Gangguan Metabolisme Lemak.http://multiply.com/
. Diakses tanggal 10 Maret 2009
Anonymous.2009.Anabolisme.http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Biologi%203.htm. Diakses tanggal 10 Maret 2009
Hendrotomo,
Muhardi. 2009. Pemberian Nutrisi Parenteral pada Penderita Gangguan Pencernaan.http://search.yahoo.com/search?fr=ytff-acd&p=&ei=UTF-8 . Diakses tanggal 10 Maret 2009
Misbah
Djalinz .2009. Pemberian Dini Makanan lewat Pipa pada Pasien Postoperasi
http://search.alot.com/web?q=&pr=tbar&src_id=11125&client_id=9878683f1c9898a8a42cacb8&camp_id=-1&install_time=2009-03- . Diakses tanggal 10 Maret 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar